Rabu, 08 Juni 2016

MENDENGARKAN AKTIF

I.                   MENDENGARKAN AKTIF
Menjadi pendengar aktif bagi konselor sangat penting karena : menunjukkan kepedulian; merangsang dan memberanikan klien bereaksi secara spontan terhadap konselor; menimbulkan situasi yang mengajarkan; dan klien membutuhkan gagasan-gagasan baru.
Dalam komunikasi terapeutik bidan perlu mempelajari keterampilan mendengar secara aktif. Karena dengan mendengarkan aktif bidan dapat mendengarkan secara menyeluruh dan efektif keluhan dan kebutuhan klien. Keterampilan mendengarkan secara aktif sangat perlu dalam proses manajemen kebidanan, terutama pengkajian. Dengan pengkajian yang baik maka langkah selanjutnya, seperti diagnosa kebidanan, perencanaan dan pelaksanaan akan juga efektif.
Untuk menjadi pendengar yang baik konselor harus memiliki kemampuan sebagai berikut :
1.      Mampu berhubungan dengan orang di luar kalangannya.
2.      Mempunyai cara-cara untuk membantu klien.
3.      Memperlakukan klien untuk menimbulkan respon yang bermakna.
4.      Bertanggung jawab bersama klien dalam konseling.

1)     Mendengarkan pasif (diam)
Untuk menghargai pembicaraan lebih baik berbicara meskipun seberapa kosong pun pembicaraan. Di Indonesia mendengar pasif dilakukan saat klien menceritakan masalahnya, berbicara tanpa henti, menggebu-gebu dengan perasaan kesal atau sedih, saat klien berhenti bicara sejenak, konselor dapat diam untuk memberi kesempatan klien berpikir dan menenangkan diri.
2)     Memberi tanda perhatian verbal
Konselor perlu memberikan respon pada klien dengan menggunakan kata-kata atau perhatian verbal. Contoh : ya…lalu…,terus, selanjutnya bagaimana dan lain-lain. Ini dilakukan sewaktu klien bercerita panjang tentang peristiwa yang dialaminya.
3)     Membuka pembicaraan, undangan untuk berbicara (mengajukan pertanyaan untuk mendalami dan klarifikasi).
Mengajukan pertanyaan dilakukan apabila konselor belum puas dengan jawaban yang diberikan klien, perlu klarifikasi mengenai hal yang diungkapkan klien, menandakan konselor mengikuti alur pembicaraan klien. Contoh : “mengapa kecelakaan itu bisa terjadi pada ibu?”
4)     Mendengar aktif : memberikan umpan balik/merefleksikan isi ucapan dan perasaan yaitu merangkum, merefleksikan isi ucapan (paraphrasing) dan refleksi perasaan.

Dalam kegiatan mendengarkan secara aktif dan proses merangkum, merefleksikan atau paraphrasing, dan refleksi perasaan. Dengan merefleksikan dapat mengecek apakah yang didengar bidan sesuai yang disampaikan klien. Misalnya, “Jadi ibu merasa terpukul dengan peristiwa perkosaan yang menimpa putri ibu?”
a)     Merangkum
Menyampaikan kembali hal-hal inti dari ucapan klien dengan memberi kesempatan kepada klien untuk berbicara beberapa waktu. Dilakukan pada akhir pembicaraan atau saat mau beralih topik.
b)     Merefleksikan isi/Paraphrasing
Menyatakan kembali ucapan atau pesan klien dengan menggunakan kata-kata lain, memberi masukan kepada klien tentang inti ucapan yang baru dikatakan klien dengan cara meringkas atau memperjelas ucapan klien.
c)      Refleksi perasaan
Mengungkapkan perasaan klien yang teramati oleh konselor dari intonasi suara, raut wajah dan bahasa tubuh klien maupun dari hal-hal yang tersira dari kata-kata verbal klien untuk mengerti perasaan klien, mengetahui emosi klien dan membantu klien menyelesaikan masalahnya.
d)     Bedanya refleksi dengan merangkum, bahwa refleksi adalah :
-          Dilakukan setelah beberapa waktu yang lama setelah berkomunikasi secara langsung dengna klien.
-          Mencakup beberapa informasi yang diucapkan klien.
-          Diawali dan diakhiri dengn percakapan penyampaian tujuan dan salam.
-          Ada transisi dan peralihan antar topik memberi penjelasan terhadap masalah klien yang rumit.
e)     Keterampilan mendengar
Ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan agar Bidan bisa mendengarkan secara efektif :
-          Punya motivasi (being motivated), dengarkan klien dengan seksama, jangan berfikir apa yang akan anda katakana selanjutnya.
-          Mengadakan kontak mata (making eye contact), jika tidak mengadakan kontak mata klien akan menafsirkan bahwa bidan tidak tertarik untuk berbicara dengannya, kemudian akan mengambil jarak.
-          Menunjukkan minat (showing interest), tempatkan diri pada posisi klien selama mendengarkan, rasakan apa yang dirasakan/dialami klien seolah-olah itu terjadi pada diri anda.
-          Menghindari tindakan-tindakan yang mengganggu (distracting action), bentuk tindakan yang mengganggu adalah sebentar-sebentar melihat jam, memainkan benda seperti pensil, menghantak-hentakkan sepatu dan lain-lain.
-          Tidak memotong pembicaraan (interrupting) pada saat klien belum menyelesaikan pembicaraannya.
-          Bersikap wajar (being natural), tidak berlebihan dalam usaha untuk mendengar dengan melebih-lebihkan bahasa tubuh.


SUMBER (REFERENSI)

1.      Tyastuti, dkk. 2008. Komunikasi dan Konseling Dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar