Rabu, 18 Mei 2016

MACAM-MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN

I.                   MACAM-MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN

Macam-macam klien dalam Asuhan Kebidanan
1.      Komunikasi pada bayi dan balita.
2.      Komunikasi remaja.
3.      Komunikasi pada calon orang tua.
4.      Komunikasi pada wanita hamil (masa antenatal)
5.      Komuikasi pada ibu bersalin (masa natal).
6.      Komunikasi pada ibu nifas.
7.      Komunikasi pada ibu meneteki.
8.      Komunikasi pada akseptor Keluarga Berencana..
9.      Komunikasi pada waita masa klimakterium dan menopause.
10.  Komuikasi pada wanita dengan gangguan reproduksi.

1)        Komunikasi pada bayi dan Anak.
Bayi belum bisa berkata-kata sebagai gantinya bayi menangis untuk mengungkapkan perasaan dan keinginannya. Komunikasi bayi dimulai sejak dia lahir ke dunia, dimulai ketika bayi mulai menangis sampai bayi dapat bicara lancar, adapun prosesnya dari bayi menangis sampai bayi bisa berkata-kata belum dipahami secara pasti.
a.       Perkembangan komunikasi
1)     Fase prelinguistic (fase sebelum bicara).
Kebutuhan dikomunikasikan lewat tangis sampai usia satu tahun, pada saat usia anak sampai tiga minggu seharusnya orang tua sudah membedakan tangis bayi. Biasanya bayi menangis karena lapar, pantat basah, kesakitan atau mint aperhatian. Untuk dapa tmembedakan kita harus mengenali tangisan bayi :
a)     Tangis lapar : menangis dengna suara mendatar dan meningkat sesuai kebutuhan.
b)     Tangis kesakitan, bayi mengeluarkan teriakan yang mendadak karena bayi terkejut.
c)      Tangis tidak nyaman atau minta perhatian, bayi akan menangis yang berlangsung terus menerus.
Berikut ini adalah perkembangan bahasa bayi :
a)     Pada minggu ke-2 bayi mengeluarkan suara, dan akan tersenyum bila puas.
b)     Senyum dalam arti sosial dimulai usia 3 minggu akan tetapi bayi belum bisa membedakan wajah.
c)      Perkembangan bahasa bayi dimulai usia 2 sampai 6 bulan. Rasa puas dinyatakan dalam nada suara rendah, usia 4 sampai 5 bulan biasanya sering diucapkan bangun tidur. Usia 5 sampai 6 bulan bayi mulai mengeluarkan macam-macam suara, baik dengna nada keras, perlahan, tinggi, rendah sesuai perasaannya.
d)     Usia 9 sampai 10 bulan, bayi mulai menggunakan suku kata yang diulang seperti mama, papa, wa-wa, uk-uk.
Fase prelunguistik termasuk bunyi refleksi (berupa reflek vokal) meliputi :
a)     Babbling (meraban)
Dimulai ketika bayi tahu suaranya, senang mendengar suaranya kemudian diulang, seperti bicara sendiri. Ini berlangsung sampai tujuh bulan, kemudian bayi berusaha meniru kemudian timbul laling (mengulang suara yang didengar).
b)     Echolalia
Mengulang gema suara dari suara yang diucapkan orang lain. Pertumbuhan bicara dan bahasa anak cepat bila orang tua mengulang suara bayi dan bayi membalas menirunya.
2)     Kata pertama
a)     Usia 10-12 bulan tumbuh pengertian pasif dari bahasa.
b)     Bayi memberi respon terhadap kata yang familier, bila disebut ibu maka ia akan berusaha mencari ibunya.
c)      Kata pertama mungkin tidak disadari oleh orang tuanya karena ank banyak akal untuk mengerti perlu mendengar apa yang dikatakan anak sehubungan dengna apa yang dikerjakan, misalnya mam bisa berarti mama, bisa berarti makan.
d)     Anak memberikan reaksi yang berbeda pada satu kata yang diucapkan dengan intonasi pada usia 4-5 bulan. Ketiaka ada orang bilang diam sambil membentak akan berbeda ketika orang berkata diam untuk menenangkan tangisan.
e)     Bicara sesungguhnya mulai usia 12-18 bulan karena sudah bisa dimengerti maksudnya.
f)       Satu kata mengandung satu kalimat, misalnya mengatakan makan berarti saya mau makan.
g)     Menggunakan empat kata usia lima belas bulan, sepuluh kata usia delapan belas bulan, lima puluh kata usia dua tahun dan anak sudah bisa bereaksi terhadap perintah orang tuanya.
3)     Kalimat pertama
a)     Usia dua tahu anak mulai menyusun kata.
b)     Periode ini dikenal sebagai permulaan pembicaraan komplit
c)      Kadang-kadang disusun kombinasi kata yang aneh dan berubah-ubah huruf/kata karena sulit mengucapkan satunama. Contoh : perahu diucapkan pelahu.
4)     Kemampuan bicara egosentris dan memasyarakat
Kemampuan bicara egosentris (berpusat pada diri sendiri) dibedakan tiga macam :
a)     Repetitif (pengulangan). Kata yang didengar berulang-ulang.
b)     Monolog (berbicara satu arah) biasa pada anak pra sekolah, anak bicara sendiri memainkan banyak peran dengan berkata-kata sendiri.
c)      Monolog kolektif. Beberapa anak berkumpul dalam suatu tempat tapi mereka bicara sendiri-sendiri, biasanya asyik memainkan mainannya sendiri.
Menurut Lev Vygotsky bicara egosentris merupakan bentuk petunjuk dan bantuan bagia anak dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. Ini berorientasi kepada tujuan yang akan dicapai dan komunikatif. Kemampuan bicara memasyarakat, menunjukkan adanya tukar pikiran dengan orang lain, termasuk pertanyaan, jawaban, perintah, kritik terhadap orang lain.
5)     Perkembangan semantik
Semantik adalah pengetahuan yang mempelajari arti kata pada bahasa yang diajarkan. Anak pertama kali memahami arti kongkrit dan jenis kata kongkrit kemudian mulai mengetahui arti dan jenis kata abstrak. Misalnya anak akan lebih  memahami kucing yang bisa dilihat dari pada kata pahit ata manis. Kata yang sulit untuk anak pra sekolah adalah kata yang selain punya arti fisik juga punya arti psikologis. Contohnya manis bisa berarti sikap, tapi bisa juga berarti rasa.
b.      Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
1)     Intelegensi (kecerdasan). Ini jelas mempengaruhi bahasa. Anak yang mempunyai kemampuan intelektual rendah, misalnya idiot akan lebih lambat perkembangan bahasanya dibandingkan anak-anak yang punya intelegensi normal atau tinggi.
2)     Jenis kelamin.
3)     Bilingual (dua bahasa)
4)     Status tunggal atau kembar
5)     Rangsangan/dorongan orang tua
6)     Sosial ekonomi
c.       Proses komunikasi :
1)     Mengikuti perkembangan psikologis anak
2)     Kontak kasih sayang dengna orang tua dapat memperkuat kepribadian anak
3)     Belaian, dukungan dan sentuhan mesra, ini akan menimbulkan senang dan bahagia
4)     Bidan membantu ibu serta pihak lain dalam memberikan dukungan rangsang aktif dalam bahasa dan emosi.
d.      Cara-cara dalam memberikan dukungan rangsangan aktif adalah :
1)     Memperbaiki model orang tuanya, orang tua didorong untuk melengkapi diri dan menjadi model yang baik, mempelajari bahasa yang baik, komunikatif sesuai tingkat perkembangan anak.
2)     Mendorong kemampuan komunikasi (verbal dan non verbal).
3)     Berikan anak pengalaman untuk dapat berbicara
4)     Mendorong anak untuk mendengar
5)     Mendorong anak berbicara sebagai pengganti tindakan/aksi
6)     Gunakan kata yang pasti dan benar. Meskipun anak belum bisa menyebutkan R misalnya pelmen untuk menyebut permen tapi orang tua harus tetap menyebutnya permen.
e.       Prinsip komunikasi yang efektif pada anak
Berkomunikasi dengan anak berarti melakukan pertukaran pikiran dan perasaan dengan mereka melalui ekspresi wajah, gerak tubuh, tulisan dan yang paling utama/efektif adalah melalui bahasa tutur atau berbicara (bahasa lisan). Hal-hal yang harus diperhatikan saat berkomunikasi dengan anak adalah :
1)     Kesabaran mendengar. Cobalah dengarkan seluruh ucapan anak, jangan memotong sedikit pun kata-kata mereka.
2)     Role playing. Bermain peran sebagai guru, ayah-ibu, polisi, penjahat, dokter hewan dan sebagainya akan membuat anak-anak mampu mengekspresikan segala emosi, perasaan, pikiran dan keinginan mereka secara bebas. Dengan pola komunikasi ini, anak-anak akan memperoleh pengalaman melakukan peran sebagai orang lain dengan berbicara.
3)     Tepat guna. Bila anak melakukan kesalahan, tegurlah pada saat itu juga. Bukan tindakan bijaksana apabila kita menunda kemarahan/teguran sampai ayah pulang dari kantor atau mengungkit-ungkit kesalahan anak yang sudah lalu.
4)     Memberi dorongan. Membiarkan anak berbicara banyak (bukan banyak bicara) dengan membeirnya stimulus yang mengerahkan pemahaman anak-anak terhadap situasi disekitarnya. Dengan cara ini, orang tua akan membentuk kestabilan emosi anak, dan membuatnya kelak mampu melakukan percakapan yang terstruktur dan berarti. Secara sederhana, komunikasi bisa dilakukan dengan mengajak bercakap-cakap sesering mungkin. Mengajak anak untuk bermain-main juga membantu kemahiran berkomunikasi. 
Prinsip komunikasi yang penting untuk diketahui yaitu komunikasi adalah sebuah proses, bersifat kompleks, tidak dapat digantikan, dan melibatkan yang total dari kepribadian kita.
Beberapa anjuran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak sebagai berikut :
a)     Bantulah anak mencari buku yang bercerita tentang keluarga dari latar belakang budaya yang sama.
b)     Taruhlah buku, majalah dan bacaan lainnya ditempat-tempat yang mudah dicapai oleh anak.
c)      Tunjukkan album foto-foto keluarga anda kepada anak. Bantulah anak mengerjakan kata-kata seperti “ini saya.” Atau bisa juga, “ini keluarga kami.”
d)     Bahasa buku, acara televise, atau video yang anda tonton bersama anak.

2)        Komunikasi remaja.
Berkomunikasi dengan remaja lebih memperhatikan :
a.       Kenyamanan remaja dalam menerima informasi.
b.      Memperhatikan cara pandang remaja dalam menyikapi pesan yang disampaikan.
c.       Memfokuskan pada persoalan yang akan disampaikan.
d.      Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan nyaman untuk didengar.
e.       Menjalin sikap terbuka dan menumbuhkan kepercayaan pada remaja.
f.        Bisa menguasai dan mengendalikan emosi pada remaja saat penyampaian pesan.
g.       Menjalin keakraban dengan remaja.
3)        Komunikasi pada calon ibu
Bidan dapat melakukan komunikasi teraupeutik pada calon ibu dengan menitik beratkan pada :
a.       Memberikan penjelasan secara fisiologis peristiwa yang disebut menstruasi.
b.      Memberikan bimbingan tentang perawatan diri sehubungan dengan peristiwa menstruasi.
c.       Memberi bimbingan tentang persiapan perkawinan dihubungkan dengan NKKBS/keluarga berkualitas.
d.      Persyaratan-persyaratan kesehatan yang sangat menentukan sebagai calon ibu.
e.       Memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan emosi dan peran yang terjadi.
f.        Menikah dan membentuk keluarga baru membutuhkan konseling.
4)        Komunikasi terapeutik pada ibu hamil
Pelaksanaan komunikasi terapeutik :
a.       Bidan yang senantiasa berhubungan dengan ibu hamil diharapkan mampu melalui tindakan pemeriksaan.  Penyuluhan, dan segala bentuk kontak langsung dengan berbagai metode maupun bentuk hubungan.
b.      Diharapkan dapat meredam pemunculan faktor psikososial yang berdampak negatif terhadap kehamilan.
c.       Bidan diharapkan membantu ibu sejak awal kehamilannya untuk mengorganisasikan perasaannya, pikirannya, kekuatannya untuk menerima, memlihara kehamilannya sehingga dapat melahirkan dengan lancar.
5)        Komuikasi terapeutik pada ibu masa melahirkan
a.       Komunikasi pada ibu bersalin difokuskan pada teknik-teknik bersalin seperti teknik mengejan atau mengatur pernafasan dan lain-lain.
b.      Pemberi pesan harus sabar dalam memberikan informasi pada saat ibu bersalin sehingga ibu yang sedan gbersalin merasa nyaman dan tanggap dengan isi pesan yang diberikan sehingga bisa memperaktekkan sesuai dengna apa yang diharapkan.
6)        Komunikasi terapeutik pada ibu nifas.
a.       Bidan harus hati-hati melakukan komunikasi karena kestabilan emosi belum pulih seperti semula
b.      Orientasi pembicaraan lebih berkisar penerimaan terhadap bayi serta kondisi fisik dan psikis ibu nifas.
7)        Komunikasi terapeutik pada ibu meneteki.
Komunikasi ditekankan kepada peranan ibu untuk memberikan air susunya kepada bayi sebagai wujud pertalian kasih sayang.
8)        Komunikasi terapeutik pada klien Keluarga Berencana..
a.       Komunikasi berorientasi kepada penjelasan efek samping pemakaian kontrasepsi dan cara mengatasinya.
b.      Cara kerja alt kontrasepsi dan cara pemakaian.
9)        Konseling menopause dan klimakterium.
a.       Menjelaskan bahwa menopause adalah salah satu siklus kehidupan wanita.
b.      Deteksi dini terhadap kelainan yang berhubungan dengan gangguan reproduksi pada usia subur maupun klimakterium.
c.       Memberikan informasi tempat pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan cek kesehatan khususnya kesehatan reproduksi.
d.      Membantu klien dalam mengambil keputusan
e.       Memperhatikan sifat-sifat dair menopause itu sendiri agar pesan yang disampaikan dapat dicerna dengna baik.
f.        Komunikasi bisa menggunakan alat bantu untuk memudahkan dalam memahami pesan yang disampaikan.
g.       Komunikasi bisa menggunakan beberapa pendekatan.
10)   Konseling pada wanita dengan gangguan reproduksi.
a.       Menjelaskan penyebab/kemungkinan gangguan yang diderita ibu
b.      Deteksi dini terhadap kelainan yang berhubungan dengan ganggan reproduksi
c.       Membeirkan informasi tempat-tempat pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan cek kesehatan atau rujukan khususnya kesehatan reproduksi.
d.      Membantu klien dalam mengambil keputusan
e.       Memberikan dukungan mental


SUMBER (REFERENSI)
Tyastuti, dkk. 2008. Komunikasi dan Konseling Dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar