Rabu, 23 Maret 2016

MENERAPKAN KOMUNIKASI EFEKTIF

I.                    MENERAPKAN KOMUNIKASI EFEKTIF
A.      Pengertian komunikasi efektif
a.       Pengertian komunikasi efektif
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang berhasil mencapai sasaran dengan feed back (respon) yang sesuai dengan tujuan individu berkomunikasi (Dalami, 2009).
b.      Tujuan  komunikasi efektif
Memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi dan penerima pesan sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan balik seimbang, dan melatih pengguaan bahasa nonverbal secara baik.
c.       Bentuk dan karakteristik komunikasi efektif
1.      Komunikasi verbal efektif
a)     Jelas dan ringkas. Komunikasi berlangsung efektif, sederhana, pendek, dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadi kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan bicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah dipahami.
b)     Perbendaharaan kata. Penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti oleh klien. Banyak istilah medis yang digunakan dalam kebidanan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh bidan, klien menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti oleh klien.
c)  Arti denotative dan konotatif. Dalam berkomunikasi dengan klien dan keluarganya, bidan harus memilih kata-kata yang tidak banyak disalahtafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dari kondisi klien. Arti denotative memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan, atau ide yang terdapat dalam suatu kata.
d)   Intonasi. Suara komunikator mampu mempengaruhi arti pesan. Nada suara pembicaraan mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya.
e)  Kecepatan berbicara. Keberhasilan komunikasi verbal dipengaruhi oleh kecepatan bicara dan tempo bicara yang tepat. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa bidan sedang menyembunyikan sesuatu dari klien. Bidan sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas.
f)  Humor. Humor meningkatkan keberhasilan bidan dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Namun bidan perlu berhati-hati, jangan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.
2.      Komunikasi nonverbal efektif
a)  Penampilan fisik. Penampilan fisik bidan mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan kebidanan yang diterima. Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status social, pekerjaan, agama, budaya, dan konsep diri. Bidan yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan professional yang positif.
b) Sikap tubuh dan cara berjalan. Sikap tubuh dan cara berjalan mencerminkan konsep diri, alam perasaan, dan kesehatan. Bidan dapat menyimpulkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh factor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.
c)    Ekspresi wajah. Emosi utama yang tampak melalkui ekspresi wajah, yaitu terkejut, takut, marah, jijik, bahagia, dan sedih. Kontak mata juga sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan dipersepsikan sebagai orang yang dapat dipercaya dan kemungkinan untuk menjadi pengamat yang baik. Bidan sebaiknya duduk sehingga tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
d)  Sentuhan. Kasih saying, dukungan emosional, dan perhatian diberikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian penting dalam hubungan bidan-klien, namun harus memperhatikan norma social. Ketika memberikan asuhan kebidanan, bidan menyentuh klien, ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik atau membantu berpakaian.
d.      Proses komunikasi efektif
1.  Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian komunikan.
2.    Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti. Sebaiknya pesan disampaikan dengan beberapa metode dan tidak hanya secara lisan.
3.      Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadikomunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
4.      Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan, dimana komunikan digerakkan untuk member tanggapan sesuai yang dikehendaki.
e.       Unsur-unsur dalam membangun komunikasi efektif
Untuk membantu meningkatkan efektifitas komunikasi dapat dilakukan dengan cara :
1.      Sebagai pengirim
a) Menggunakan bahasa yang tepat dan menarik serta dimengerti oleh penerima
b) Menggunakan empati dengan berusaha menempatkan diri ditempat penerima
c)  Mempertajam persepsi dengan membayangkan bagaimana pesan akan diterima, dibaca, ditafsir dan ditanggapi oleh penerima.
d) Mengendalikan bentuk tanggapan dengan menggunakan kode atau lambang yang tepat dan saluran yang sesuai.
e)     Bersedia menerima umpan balik positif maupun negative.
f)     Mengembangkan kredibilitas diri sehingga dapat dipercaya karena kualitas pribadi, mutu hidup dan keahlian professional.
g)     mempertahankan hubungan baik dengan penerima.
2.      Sebagai penerima
a. Meningkatkan kemampuan untuk mendengarkan sampai mampu mendengarkan dengan empatik.
b.   Waspada terhadap prasangka, bias, dan apriori dan sikap tidak terbuka dari kita.
c.       Mengembangkan kecakapan untuk bertanya.
d. Mengembangkan kecakapan menyampaikan umpan balik secara konstruktif.
e.       Berusaha berfikir kreatif terhadap pesan yang diterima.
f.        Bersikap terbuka tetapi kritis.
g.   Benar-benar mengerti pesan komunikasi, jangan malu bertanya apabila pesan belum kita tangkap atau tidak dimengerti.
h.      Saat mengambil keputusan sadar akan tujuannya.
3.      Keefektifan komunikasi antar pribadi dipengaruhi oleh factor-faktor berikut :
a.  Keterbukaan yaitu kesediaan membuka diri, merasakan pikiran dan perasaan orang lain, mereaksi pada orang lain.
b.      Empati, yaitu menghayati perasaan orang lain.
c.    Mendukung yaitu kesediaan secara spontan untuk menciptakan suasana yang bersifat mendukung.
d.      Positif yaitu menyatakan sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
e.  Keseimbangan yaitu mengakui bahwa kedua belah pihak mempunyai kepentingan yang sama, pertikaran informasi secara seimbang.
f.        Percaya diri yaitu merasa yakin kepada diri sendiri, bebas dari rasa malu.
g.   Kesegaran yaitu untuk segera melakukan kontak disertai rasa suka dan berminat.
h.  Manajemen interaksi yaitu mengendalikan interaksi untuk memberikan keputusan kepada kedua belah pihak.
i.  Pengungkapan yaitu keterlibatan secara jujur dalam berbicara dan menyimak baik secara verbal maupun non verbal.
j.      Orientasi kepada orang lain yaitu penuh perhatian, minat dan kepedulian kepada orang lain.

SUMBER (REFERENSI)
1.   Tyastuti, dkk. 2008. Komunikasi dan Konseling Dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.
2.    Dalami, dkk. 2009. Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media.

3.      Uripni,dkk. 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta : EGC

Rabu, 02 Maret 2016

Konsep Dasar Komunikasi dan Konseling

I.                    KONSEP DASAR KOMUNIKASI DAN KONSELING
A.      Pengertian Komunikasi
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih, communico yang artinya memberi (Cherry, 1993 dalam Tyastuti dkk, 2008).
Komunikasi adalah suatu proses interaksi manusia dengan berbagai bentuk/cara untuk menyampaikan informasi atau tujuan tertentu (Tyastuti dkk, 2008)
Komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi adalah pernyataan manusia, pernyataan tersebut dapat dilakukan dengan kata-kata tertulis ataupun lisan di samping itu dapat dilakukan juga dengan isyarat-isyarat atau symbol-simbol (Dalami dkk, 2009).
B.      Unsur Komunikasi
Menurut (Tyastuti, 2008) bahwa garis besar proses komunikasi terdiri atas unsur-unsur berikut :
1.      Pihak yang mengawali komunikasi/sumber/komunikator
Pihak yang mengawali komunikasi untuk mengirim pesan disebut sender dan ia menjadi sumber pesan (source). Pengirim yang dimaksud disini adalah orang yang masuk ke dalam hubungan, baik intrapersonal dengan diri sendiri, interpersonal dengan orang lain dalam kelompok kecil atau dalam kelompok besar.
2.      Pesan yang dikomunikasikan/message/content/information
Pesan yang dimaksud adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Dalam komunikasi kepada pasien sebaiknya diperhatikan bahwa pesan yang akan disampaikan sesuai dengan kebutuhan klien, menggunakan bahasa yang dapat dimengerti dengan mudah oleh klien dan diusahakan dapat menarik minat klien. Pesan yang disampaikan kepada klien dapat berupa nasehat, bimbingan, dorongan, petunjuk, dan sebagainya
3.      Media atau saluran yang digunakan untuk komunikasi dan gangguan-gangguan yang terjadi pada waktu komunikasi dilakukan
Media merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Setelah dikemas pesan yang disampaikan melalui saluran (chanel) atau media. Media dapat berupa lisan (oral), tertulis atau elektronik.
a.       Media lisan
Dapat dilakukan dengan menyampaikan sendiri pesan secara lisan (oral), baik melalui telepon atau saluran yang lainnya kepada perorangan, kelompok kecil, kelompok besar, atau masa. Keuntungannya adalah si penerima pesan mendengar langsung tanggapan atau pertanyaan, memungkinkan disertai nada atau warna suara, gerak-gerik tubuh atau raut wajah, dan dapat dilakukan dengan cepat.
b.      Media tertulis
Pesan disampaikan secara tertulis melalui surat, memo, handout, gambar dan lain-lain. Keuntungannya adalah ada catatannya sehingga data dan informasi tetap utuh untuk tidak dapat berkurang atau tambah seperti informasi lisan, member waktu untuk dipelajari isinya, cara penyusunannya dan rumusan kata-katanya.
c.       Media elektronik
Disampaikan melalui faksimili, email, radio, televisi. Keuntungannya adalah prosesnya cepat, data bisa disimpan. Penggunaan media dalam penyampaian pesan tentunya dapat mengalami gangguan atau masalah sehingga dapat menghambat komunikasi.

4.      Lingkungan/situasi ketika komunikasi dilakukan
Lingkungan atau situasi (tempat, waktu, cuaca, iklim, keadaan alam dan psikologis) adalah factor-faktor yang dapat mempengaruhi proses komunikasi. Oleh karena itu pada waktu berkomunikasi dengan orang lain perlu memperhatikan situasi. Faktor ini diklasifikasikan menjadi empat :
a.       Lingkungan fisik
Keadaan geografi, ini dapat menybabkan kesulitan dalam komunikasi, hal ini bisa disebabkan karena jarak yang jauh, dimana tidak terdapat fasilitas komunikasi seperti telepon, faksimili, kantor pos dan lain-lain.
b.      Lingkungan sosial budaya
Menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi dan politik bisa menjadi hambatan untuk komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, orang yang punya bahasa yang berbeda dan tidak saling memahami bahasa yang digunakan maka dapat menimbulkan macetnya suatu komunikasi. Kepercayaan masyarakat setempat atau ada istiadat dan status sosial juga mempengaruhi kelancaran komunikasi.
c.       Lingkungan psikologi
Dimensi psikologi adalah pertimbangna kejiwaan yang digunakan dalam komunikasi. Misalnya menghindari kritik yang menyinggung orang lain menyajikan materi yang sesuai dengan usia khlayak.
d.      Dimensi waktu
Menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi.
5.      Pihak yang menerima pesan
Penerima pesan adalah pihak yang menerima pesan atau menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima biasa disebut juga khalayak, sasaran, komunikan, atau audience/receiver. Penerima pesan bisa perorangan, atau suatu kelompok, organisasi atau Negara. Satu kunci keberhasilan komunikasi adalah mengenal karakteristik dari penerima pesan, dengan mengetahui siapa yang akan menjadi penerima pesan maka kita dapat merancang suatu pesan sebaik mungkin sesuai karakteristik penerima sehingga tujuan komunikasi kita tercapai.
6.      Umpan balik (feedback)
Umpan balik merupakan tanggapan penerima terhadap pesan yang diterima dari pengirim. Umpan balik bisa berupa reaksi secara verbal maupun non verbal. Umpan balik ini dapat berupa umpan balik positif atau negatif.
Umpan balik positif bila tanggapan penerima menunjukkan kesediaan menerima atau mengerti pesan dengan baik, serta memberi tanggapan sesuai yang diinginkan pengirim.
Umpan balik negatif adalah umpan balik yang menunjukkan penerima pesan tidak dapat menerima dengan baik pesan yang diterimanya.
7.      Pengaruh atau Dampak
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang.
C.      Komponen Komunikasi
1.      Komponen komunikan
Seorang akan dapat menerima pesan kalau terdapat empat kondisi berikut :
a.       Pesan komunikasi benar-benar dimengerti oleh penerima pesan.
b.      Keputusan diambil secara sadar untuk mencapai tujuan.
c.       Keputusan diambil secara sadar untuk kepentingan pribadinya.
d.      Mampu menempatkan baik secara mental atau fisik.

2.      Komponen komunikator
Faktor penting dalam diri komunikator yakni :
a.       Kepercayaan kepada komunikator (source credibility) dimana dalam hal ini ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidaknya dia dipercaya.
b.      Daya tarik komunikator (source attractiviness), bahwa seseorang akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik.
3.      Komponen pesan
Pesan dapat berupa nasehat, bimbingan, dorongan, informasi dan lain-lain. Pesan dapat disampaikan secara lisan atau non verbal.
4.      Umpan Balik
Merupakan respon yang diberikan oleh komunikan terhadap pesan yang diterimanya. Umpan balik ini berguna untuk mengukur besar informasi yang diterima dibandingkan dengan yang diberikan.
D.     Proses Komunikasi
Pada hakekatnya komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi bisa dilihat dari beberapa perspektif antara lain :
1.      Perspektif psikologis
Ketika komunikator berniat akan menyampaikan pesan dalam dirinya akan terjadi proses encoding (proses mengemas dan membungkus pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator), hasil encoding berupa pesan itu kemudian ditransmisikan kepada komunikan. Kemudian komunikan terlibat dalam proses komunikasi intrapersonal. Proses dalam diri komunikan ini disebut decoding (seolah-olah membuka kemasan atau bungkus pesan yang diterima dari komunikator).
2.      Perspektif mekanis
Ini berlangsung saat komunikator menstransfer dengan bibir atau tangan, pesan sampai tertangkap komunikan. Ini dapat dilakukan dengan indera telinga atau indera lainnya. Komunikasi secara mekanis ini dibedakan :
a.       Proses komunikasi primer
Proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan menggunakan lambang (symbol) sebagai media atau saluran. Lambang verbal maupun non verbal.
b.      Proses komunikasi sekunder
Penyampaian pesan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media setelah memakai lambang sebagai media pertama. Biasanya Karena jauh tempatnya.
c.       Proses komunikasi linier
Penyampaian pesan dari komunikastor kepada komunikan sebagai titik terminal. Biasanya terjadi pada komunikasi bermedia kecuali telepon.
d.      Proses komunikasi sirkular
Terjadinya feedback atau umpan balik dari komunikan ke komunikator.
E.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
1.      Latar belakang kebudayaan
Bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu pesan berdasarkan latar belakang kebudayaannya. Disini akan terbentuk pola-pola pikir seseorang melalui kebiasaannya, makin sama latar belakang budaya antara komunikator dengan komunikan maka komunikasi akan semakin efektif.
2.      Ikatan dengan kelompok atau grup
Kecenderungan mengidentifikasikan diri dengan kelompok tertentu dan cenderung mengembangkan kesetiaan dan menerima norma kelompok tersebut. Nilai-nilai yang dianut oleh kelompok akan sangat mempengaruhi cara mengamati pesan.
3.      Harapan
Bila suatu komunikasi tidak sesuai dengan harapan maka biasanya penerima pesan akan apatis, cuek atau bahkan memutuskan komunikasi. Harapan akan berpengaruh pada penerimaan pesan dan pada akhirnya dia akan menerima suatu yang diharapkan.
4.      Pendidikan
Pendidikan formal maupun non formal akan mempengaruhi penerimaan pesan. Semakin tinggi pendidikan formal seseorang maka semakin kompleks sudut pandangnya dalam menyikapi materi komunikasi.
5.      Situasi
Tempat atau saat terjadinya komunikasi akan berpengaruh pada usaha untuk menginterpretasikan pesan, ketakutan, kecemasan, akan mempengaruhi cara orang menyerap pesan. Situasi bisa diakibatkan oleh penyampai pesan, lingkungan atau bahkan dari penerima pesan sendiri. Misalnya orang yang menyampaikan pesan tidak ramah, maka dapat menimbulkan ketegangan dan kecemasan, situasi yang penuh ketegangan ini dapat mengganggu penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.
F.      Bentuk Komunikasi
1.      Komunikasi massa
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa modern yang meliputi surat kabar, siaran radio dan televisi. Komunikasi masa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak menggunakan media.
a.       Karakteristik komunikasi massa
1)     Bersifat umum (terbuka untuk semua orang)
2)     Heterogen
3)     Menimbulkan keserempakan (serempak kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dan dalam keadaan terpisah).
4)     Hubungan komunikator-komunikan bersifat non-pribadi
b.      Model komunikasi massa
1)     Model jarum hipodemik (hypodermic needle model).
Media masa menimbulkan efek yang kuat, terarah, segera dan langsung.
2)     Model komunikasi satu tahap (one step flow model).
Saluran media massa langsung ke massa komunikan tanpa melalui orang lain, meskipun pesan tidak mencapai tidak menimbulkan efek yang sama bagi komunikan.
3)     Model komunikasi dua tahap (two step flow model).
Menyatakan bahwa ide atau pesan dari radio atau surat kabar diterima pemuka pendapat, baru disampaikan ke penduduk/pengikutnya.
4)     Model komunikasi tahap ganda (multi step flow model)
Merupakan gabungan dari beberapa model yang lain.
2.      Komunikasi interpersonal
a.       Menurut sifatnya komuniasi interpersonal dibedakan menjadi dua yaitu :
1)     Komunikasi diadik (dyadic communication)
Komunikasi antara dua orang dalam situasi tatap muka dalam bentuk percakapan, dialog dan wawancara dalam situasi yang lebih intim, akrab, lebih personil, sedang wawancara lebih serius.
2)     Komunikasi triadic (triadic communication)
Komunikais antar pribadi yang pelakunya lebih dari tiga orang yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan, berlangsung secara dialogis sehingga memungkinkan interaksi dan dianggap komunikasi yang paling ampuh dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan, karena dilakukan secara tatap muka.
b.      Ada 3 perilaku dalam komunikasi interpersonal yaitu :
1)     Perilaku spontan (spontaneous behavior) adalah perilaku berdasarkan desakan emosi dan dilakukan tanpa sensor serta revisi secara kognisi.
2)     Perilaku menurut kebiasaan (script behavior) adalah perilaku berdasarkan kebiasaan kita.
3)     Perilaku sadar (contrived behavior) adalah perilaku yang dipilih berdasarkan situasi yang ada.
c.       Kompetensi dan kecakapan komunikasi interpersonal
Tingkat dimana perilaku kita dalam komunikasi interpersonal sesuai dan cocok dengan situasi dan membantu kita mencapai tujuan komunikasi interpersonal yang kita lakukan dengan orang lain.
3.      Komunikasi intrapersonal/intrapribadi/intrapersonal communication
Merupakan proses komunikasi yang terjadi pada diri seseorang. Orang tersebut sebagai komunikator maupun komunikan, orang berbicara sendiri, berdialog sendiri bertanya dna dijawab sendiri.
4.      Komunikasi kelompok atau group communication
Komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang, jumlahnya bisa sedikit atau banyak.
Jika komunikasi dalam kelompok kecil maka disebut komunikasi kelompok kecil (small group communication).
Jika jumlahnya banyak maka disebut komunikasi kelompok besar (large group communication). Yang membedakan bukanlah jumlahnya secara matematis tetapi berdasarkan kualitas proses komunikasi.
Karakteristik yang membedakan kelompok kecil dan besar adalah :
a.       Komunikasi kelompok kecil
Komunikasi yang ditunjukkan kepada kognisi komunikan dan prosesnya berlangsung secara dialogis (umpan balik secara verbal). Pesannya pada benak komunikan misalnya kuliah, ceramah, diskusi rapat, dan lain-lain.
b.      Komunikasi kelompok besar
Komunikasi yang ditujukan kepada efeksi komunikan (hatinya atau perasaannya) dan prosesnya berlangsung linier. Bersifat heterogen dari jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan tingkat pendidikan, agama dan lain-lain.

SUMBER (REFERENSI)
  1. Tyastuti, dkk. 2008. Komunikasi dan Konseling Dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.
  2. Dalami, dkk. 2009. Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media.