I.
MENERAPKAN KOMUNIKASI EFEKTIF
A. Pengertian
komunikasi efektif
a. Pengertian
komunikasi efektif
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang berhasil mencapai
sasaran dengan feed back (respon)
yang sesuai dengan tujuan individu berkomunikasi (Dalami, 2009).
b. Tujuan komunikasi efektif
Memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara
pemberi dan penerima pesan sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan
umpan balik seimbang, dan melatih pengguaan bahasa nonverbal secara baik.
c. Bentuk dan
karakteristik komunikasi efektif
1. Komunikasi
verbal efektif
a) Jelas dan ringkas. Komunikasi berlangsung efektif, sederhana,
pendek, dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil
kemungkinan terjadi kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan bicara secara
lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat
penjelasan lebih mudah dipahami.
b) Perbendaharaan kata. Penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti
oleh klien. Banyak istilah medis yang digunakan dalam kebidanan dan kedokteran,
dan jika ini digunakan oleh bidan, klien menjadi bingung dan tidak mampu
mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan
istilah yang dimengerti oleh klien.
c) Arti denotative dan konotatif. Dalam berkomunikasi dengan
klien dan keluarganya, bidan harus memilih kata-kata yang tidak banyak
disalahtafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi,
terapi dari kondisi klien. Arti denotative memberikan pengertian yang sama
terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran,
perasaan, atau ide yang terdapat dalam suatu kata.
d) Intonasi. Suara komunikator mampu mempengaruhi arti pesan. Nada suara
pembicaraan mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan
karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya.
e) Kecepatan berbicara. Keberhasilan komunikasi verbal dipengaruhi
oleh kecepatan bicara dan tempo bicara yang tepat. Selaan yang lama dan
pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan
kesan bahwa bidan sedang menyembunyikan sesuatu dari klien. Bidan sebaiknya
tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas.
f) Humor. Humor meningkatkan keberhasilan bidan dalam memberikan dukungan
emosional terhadap klien. Namun bidan perlu berhati-hati, jangan menggunakan
humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidakmampuannya
untuk berkomunikasi dengan klien.
2. Komunikasi
nonverbal efektif
a) Penampilan fisik. Penampilan fisik bidan mempengaruhi
persepsi klien terhadap pelayanan kebidanan yang diterima. Bentuk fisik, cara
berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status social, pekerjaan, agama,
budaya, dan konsep diri. Bidan yang memperhatikan penampilan dirinya dapat
menimbulkan citra diri dan professional yang positif.
b) Sikap tubuh dan cara berjalan. Sikap tubuh dan cara berjalan
mencerminkan konsep diri, alam perasaan, dan kesehatan. Bidan dapat
menyimpulkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah
klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh factor fisik seperti rasa sakit, obat,
atau fraktur.
c) Ekspresi wajah. Emosi utama yang tampak melalkui ekspresi wajah, yaitu terkejut,
takut, marah, jijik, bahagia, dan sedih. Kontak mata juga sangat penting dalam
komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama
pembicaraan dipersepsikan sebagai orang yang dapat dipercaya dan kemungkinan
untuk menjadi pengamat yang baik. Bidan sebaiknya duduk sehingga tidak tampak
dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
d) Sentuhan. Kasih saying, dukungan emosional, dan perhatian diberikan
melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian penting dalam hubungan bidan-klien,
namun harus memperhatikan norma social. Ketika memberikan asuhan kebidanan,
bidan menyentuh klien, ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik atau
membantu berpakaian.
d. Proses
komunikasi efektif
1. Pesan harus
dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian
komunikan.
2. Pesan harus
menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara
komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti. Sebaiknya pesan
disampaikan dengan beberapa metode dan tidak hanya secara lisan.
3. Pesan harus
membangkitkan kebutuhan pribadikomunikan dan menyarankan beberapa cara untuk
memperoleh kebutuhan tersebut.
4. Pesan harus
menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan, dimana komunikan digerakkan
untuk member tanggapan sesuai yang dikehendaki.
e. Unsur-unsur
dalam membangun komunikasi efektif
Untuk membantu meningkatkan efektifitas komunikasi dapat dilakukan
dengan cara :
1. Sebagai
pengirim
a) Menggunakan
bahasa yang tepat dan menarik serta dimengerti oleh penerima
b) Menggunakan
empati dengan berusaha menempatkan diri ditempat penerima
c) Mempertajam
persepsi dengan membayangkan bagaimana pesan akan diterima, dibaca, ditafsir
dan ditanggapi oleh penerima.
d) Mengendalikan
bentuk tanggapan dengan menggunakan kode atau lambang yang tepat dan saluran
yang sesuai.
e) Bersedia
menerima umpan balik positif maupun negative.
f) Mengembangkan
kredibilitas diri sehingga dapat dipercaya karena kualitas pribadi, mutu hidup
dan keahlian professional.
g) mempertahankan
hubungan baik dengan penerima.
2. Sebagai
penerima
a. Meningkatkan
kemampuan untuk mendengarkan sampai mampu mendengarkan dengan empatik.
b. Waspada
terhadap prasangka, bias, dan apriori dan sikap tidak terbuka dari kita.
c. Mengembangkan
kecakapan untuk bertanya.
d. Mengembangkan
kecakapan menyampaikan umpan balik secara konstruktif.
e. Berusaha
berfikir kreatif terhadap pesan yang diterima.
f.
Bersikap terbuka tetapi kritis.
g. Benar-benar
mengerti pesan komunikasi, jangan malu bertanya apabila pesan belum kita
tangkap atau tidak dimengerti.
h. Saat
mengambil keputusan sadar akan tujuannya.
3. Keefektifan
komunikasi antar pribadi dipengaruhi oleh factor-faktor berikut :
a. Keterbukaan
yaitu kesediaan membuka diri, merasakan pikiran dan perasaan orang lain,
mereaksi pada orang lain.
b. Empati,
yaitu menghayati perasaan orang lain.
c. Mendukung
yaitu kesediaan secara spontan untuk menciptakan suasana yang bersifat
mendukung.
d. Positif
yaitu menyatakan sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
e. Keseimbangan
yaitu mengakui bahwa kedua belah pihak mempunyai kepentingan yang sama,
pertikaran informasi secara seimbang.
f.
Percaya diri yaitu merasa yakin kepada diri sendiri, bebas dari
rasa malu.
g. Kesegaran
yaitu untuk segera melakukan kontak disertai rasa suka dan berminat.
h. Manajemen
interaksi yaitu mengendalikan interaksi untuk memberikan keputusan kepada kedua
belah pihak.
i. Pengungkapan yaitu keterlibatan secara jujur dalam berbicara dan
menyimak baik secara verbal maupun non verbal.
j. Orientasi kepada orang lain yaitu penuh perhatian, minat dan
kepedulian kepada orang lain.
SUMBER
(REFERENSI)
1. Tyastuti,
dkk. 2008. Komunikasi dan Konseling Dalam
Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.
2. Dalami, dkk.
2009. Komunikasi dan Konseling Dalam
Praktik Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media.
3. Uripni,dkk. 2003.
Komunikasi Kebidanan. Jakarta : EGC